BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi dan Keterampilan kepemimpinan
Kepemimpinan diterjemahkan dari
bahasa Inggris Leadership. Dalam Enslikopedi umum (1993)
diartikan sebagai “Hubungan erat antara seorang dan kelompok manusia, karena
ada kepentingan yang sama. Hubungan
tersebut ditandai oleh tingkah laku yang tertuju dan terbimbing dari pimpinan dan yang dipimpin.
Davis 1981:127 mengidentifikasi tiga keterampilan kepemimpinan
yaitu:
1.
Tehnical skill;
diperlukan pemimpin agar ia mampu mengawasi dan menilai pekerjaan sesuai dengan
keahlian yang digelutinya.
2.
Human Skill;
kemampuan dalam membangun relasi dan dapat bekerja sama dengan orang lain
adalah kualifikasi yang dipersyaratkan seorang pemimpin baik dalam situasi
formal maupun informal.
3.
Conceptual Skill; pemimpin
yang disegani adalah pemimpin yang mampu memberi solusi yang tepat yang timbul
dari pemikirannya yang cerdas tentang suatu persoalan.
Sedagkan Tim Dosen MKDK (2006) menjelaskan bahwa pemimpin perlu
memiliki keterampilan kepemimpinan yaitu:
1.
Keterampilan dalam memimpin
2.
Keterampilan dalam hubungan instansi
3.
Keterampilan dalam proses kelompok
4.
Keterampilan dalam administrasi personil
5.
Keterampilan dalam menilai
Ali Muhammad taufiq menjelaskan macam-macam sifat
kondusif yang harus dimiliki oleh pemimpin. Sebagai berikut:
1. Memiliki pengetahuan dan kemampuan cukup
untuk mengendalikan perusahaan/organisasinya.
2. Memfungsikan keistimewaan yang lebih dibanding
orang lain. (Q.S al-Baqoroh : 247)
3. Memahami kebiasaan dan bahasa yang menjadi
tanggung jawabnya. (Q.S Ibrahim : 4)
4. Mempunyai kharisma dan wibawa di hadapan
manusia (Q.S Hud:91)
5. Kensekuen dengan kebenaran dan tidak
mengikuti hawa nafsu. (Q.S Shod:26)
6. Bermuamalah dengan lembut dan kasih sayang
terhadap bawahannya, agar orang lain simpatik kepadanya. (Q.S ali- Imran : 159)
7. Menyukai suasana saling memaafkan antara
pemimpin dan pengikutnya, serta membantu mereka agar segera terlepas dari
kesalahan. (Q.S ali-Imran : 159)
8. Bermusyawarah dengan para pengikut serta
mintalah pendapat dan pengalaman mereka. (Q.S ali-Imran : 159)
9. Menertibkan semua urusan dan membulatkan
tekad untuk bertawakal kepada Alloh. (Q.S ali-Imran : 159)
10. Membangun kesadaran akan adanya pengawasan
dari Alloh sehingga tebina sikap ikhlas di mana pun ia berada. (Q.S ali-Imran :
159)
11. Memberikan santunan social kepada para
anggota sehingga tidak terjadi kesenjangan social yang menimbulkan rasa dengki
dan perbedaan strata social yang merusak (Q.S al – Haj :41)
12. Mempunya power dan pengaruh yang dapat
memerintah serta mencegah karena seorang pemimpin harus melakukan control
pengawasan atas pekerjaan anggota, meluruskan kekeliruan serta mengajak mereka
untuk berbuat kebaikan dan mencegah kemunkaran (Q.S al – Haj :41)
13. Tidak membuat kerusakan di muka bumi serta
tidak merusak lading, keturunan dan lingkungan. (Q.S al-Baqoroh :205)
14. Bersedia mendengar nasihat dan tidak
sombong karena nasihat dari orang yang ikhlas jarang sekali kita peroleh. (Q.S
al-Baqoroh :206)
B.
Pendekatan Keterampilan
1.
Pendekatan Teori Sifat Pemimpin (Traits Theory)
Studi kepemimpinan yang mencoba mengadakan identifikasi berbagai
sifat para pemimpin, yakni dalam usaha menjawab pertanyaan How one becomes a
leader. Pendekatan teori ini lebih menekankan pada atribut-atribut/ciri-ciri
pribadi yang diiliki oleh seorang pemimpin. Dasar pemikiran dari teori ini
adalah keberhasilan seorang ditentukan oleh sifat-sifat atau watak , kualitas
pribadi yang dimiliki seorang pemimpin.
Pemimpin yang memiliki ciri kepemimpinan adalah seseorang yang
memiliki kualitas diri yang baik tercemin dari sifat-sifat atau watak. Biasanya
sifat/watak yang diharapkan anggota dari pemimpinnya adalah cerdas, semangaat,
tanggung jawab, dan dapat dipercaya.
Hiks dan Gullet menunjukan 8 sifat kepemimpinan yang harus dimiliki
pemimpin, yaitu:
a.
Bersikap adil
b.
Memberikan sugesti (suggesting)
c.
Mendukung tercapainya tujuan (supplying objectives)
d.
Katalisator
e.
Menciptakan rasa aman
f.
Sebagai wakil organisasi
g.
Sumber inspirasi
h.
Bersikap menghargai.
2.
Pendekatan Prilaku Pemimpin (Behavior Theory)
Studi kepemimpinan yang menekankan kepada berbagai prilaku
pemimpin, yaitu untuk memberikan jawaban atau pertanyaan How
leader behavior. Pendekatan
ini memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pada tingkah laku bukan
dari sifat-sifat pemimpin karena sifat seseorang kadang menipu penglihatan
sehingga sulit diidentifikasi secara pasti. Frielder (Mintorogo,1996)
menyatakan bahwa menjadi seorang pemimpin tidak hanya ditentukan oleh
kepribadiannya.
Menelaah prilaku kepemimpinan dapat diidentifikaisi dari dua aspek
yaitu dari fungsi kepemimpinan yang dijalankan dan dari gaya yang ditunjukan
pemimpin.
a.
Fungsi Kepemimpinan
Fungsi tugas memudahkan dan mengkoordinasikan usaha kelompok dan
memilih, mendefinisikan dan memecahkan masalah bersama. Fungsi sosial memabntu
kelompok berjalan lebih lancar, menengahi perbedaan pendapat, menderam konflik,
dan dapat memancarkan perasaan hangat dan empatik kepada anggota.
b.
Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan merupakan norma atau dapat juga diartikan sebagai
pola prilaku dalam memperagakan kepemimpinannya. Terdapat dua gaya kepemimpinan
yaitu gaya dengan orientasi tugas (task oriented), dan gaya dengan orientasi
pada anggota (employee-oriented)
3.
Pendekatan Kontingensi
Studi kepemimpinan yang disebut pendekatan kontingensi, yaitu suatu
studi kepemimpinan yang hakikatnya berusaha untuk memenuhi jawaban atas
pertanyaan What makes the leader effective. Bahwa yang membuat kepemimpinan itu
efektif bukan hanya karena keberadaan pemimpinnya itu sendiri tetapi ada
variabel lain yang turut menentukan. Menurut Blanchared (1995) terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan yaitu; (1)
kepribadian, pengalaman masa lampau dan harapan pemimpin, (2) harapan dan prilaku
atasan, (3) tuntutan tugas yang diberikan, (4) harapan dan prilaku rekan, (5)
karateristik, harapan, dan prilaku bawahan, (6) kultur dan kebijakan
organisasi.
a.
Model Kepemimpinan Situasioanal Hersey dan Blanchard
Teori model ini adalah bahwa kepemimpinan yang paling efektif
adalah sesuai dengan kematangan anggota organisasi. Kematangan diartikan
sebagai kesiapan anggota organisasi menerima tanggungjawab dan tugas serta
memiliki motivasi untuk berprestasi. Aplikasi model adalah pada hubungan
pemimpin dengan anggota yang mana pemmpin menyesuaikan dengan perkembangan dan
kematangan anggota dengan mengikuti fase daur hidup (Life Cycle Theory).
Berdasar fase daur kehidupan, seorang pemimpin perlu mengubah gaya kepemimpinan
sesuai dengan perkembangan setiap tahap kematangan hidup anggota.
b.
Medel Kepemimpinan Situasional dar Fred E. Friedler
Fiedler berpendapat bahwa tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang
cocok untuk seluruh situasi. Namun juga tidak mudah menggati gaya kepemimpinan
dari satu situasi ke situasi lain. Hal ini tergantung pada motivasi seorang
pemipin, fiedler beranggapan bahwa:
a.
Gaya kepemimpinan sangat ditentukan oleh motivasi pemimpin
b.
Kelompok akan menjadi efektif apabila terjadi hubungan antara gaya
kepemimpinan yang sesuai dengan situasi kelompok yang menyenagkan.
Fiedler mengklasifikasi gaya kepemimpinan dengan mengembangkan alat
ukur kepribadian pemimpin yang disebut “least prefferd co-worker” ((LPC scale).
Responden diminta mengisi instrumen untuk menilai rekan kerja yang paling tidak
disukai dan paling sulit diajak kerjasama. Responden mengisi nilai skala yang
mewakili perasaannya, rentang nilai tiap item adalah 1 (paling tidak disukai)
sampai 8 (paling disukai).
4. Perubahan
social dan gaya kepemimpinan
Adanya perubahan social baik yang sedang
atau pun yang belum terjadi, sangat mempengaruhi keadaan dan kehidupan
organisasi. Hal itu mencakup : perubahan peran dan tujuan organisasi,
organisasi yang membesar dan makin kompleks, penggunaan teknologi yang lebih
maju, adanya bentuk organisasi baru, keterampilan professional, dan motivasi
dan intensif.
Terdapat tiga jenis kepemimpinan yang
dipandang representetif dengan tuntutan era desentralisasi, yaitu:
a. Kepemimpinan transaksional
Kepemimpinan transaksional adalah
kepemimpinan yang menekankan kepada tugas yang diemban bawahan. Pemimpin adalah
yang mendesain pekerjaan beserta mekanismenya dan staf adalah seseorang yang
melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan dan keahliannya.
b. Kepemimpinan transformasional
Pemimpin transformasional adalah pemimpin
yang memilika wawasan yang jauh ke depan dan berupaya memperbaiki dan
mengembangkan organisasi bukan untuk saat ini tapi di masa mendatang. Oleh karena itu,
pemimpin transformasional adalah pemimpin yang dapat dikatakan sebagai pemimpin
yang visioner.
c. Kepemimpinan visioner
Kepemimpinan visioner adalah kemampuan
pemimpin dalam menciptakan, merumuskan, mengkomunikasikan, dan
mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau
sebagai hasil interaksi social diantara anggota organisasi dan stakeholders
yang diyakini sebagai cita-cita organisasi di masa depan yang harus diraih atau
diwujudkan melalui komitmen semua personil.
C.
Budaya Organisasi dalam Lembaga Pendidikan Islam
Budaya organisasi adalah seperangkat nilai, kepercayaan, dan
pemahaman yang penting dan sama-sama dimiliki oleh para anggotanya. Budaya
organisasi menyatakan nilai-nilai atau ide-ide kepercayaan bahwa yang sama-sama dianut oleh para anggota
itu seperti terwujud dalam alat-alat simbolis seperti mitos, upacara,cerita,
legenda dan bahasa khusus. (F.E.Kast dan
J.E.Rosenzweig)
Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa budaya
organisasi adalah system nilai, norma, atau aturan, falsafah, kepercayaan dan
sikap yang dianut bersama para anggota yang berpengaruh terhadap pola kerja
serta pola manajemen organisasi.
Kinerja
dalam suatu kelembagaan, posisi pimpinan memegang peranan yang sangat penting.
Hal ini tidak terkecuali dalam Lembaga Pendidikan Islam, baik madrasah maupun pesantren.
Kepala madrasah atau kepala sekolah sebagai pimpinan pendidikan, dilihat dari
status dan cara penganngkatannnya tergolong pemimpin murni; formal leader atau
status leader. Kedudukannya sebagai status leader dapat meningkat menjadi
functional leader atau operational leader, tergantung pada prestasi dan
kemampuan didalam memainkan peranan sebagai pemimpin pendidikan pada sekolah
yang dipimpinnya.
Sebagai pemimpin lembaga pendidikan islam, hendaknya ia
mengembangkan sekolah pusat kebudayaan dan ketahanan sekolah. Karena sekolah
islam saat ini harus ikut berkiprah dalam pembangunan bangsa dan Negara. Lebih
dari itu sekolah islam harus menjawab tantangan tentang adanya kemajuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, politik, social, budaya,
dan keamanan masyarakat sekitarnya.
Marjin sjam menyatakan bahwa kepemimpinan adalah keseluruhan
tindakan guna mempengaruhi serta menggiatkan orang dalam usaha bersama untuk
mencapai tujuan.
Penampilan sekolah islam harus berperan kreatif dan aktif untuk
mengembangkan kebudayaan yang menjadi teladan bagi masyarakat sekitarnya.
Karena itu kepala sekolah islam harus dapat menciptakan suasana yang islami,
aman, tentram, damai, dan sejahtera agar semua program dapat berjalan dengan
lancer.
Kepemimpinan pendidikan islam, disamping menjelaskan dimana
kepemimpinan dan prosesnya berada dan berperan, hendaknya mempunyai sifta-sifat
atau ciri khusus kepemimpinan islam yang bersifat mendidik, membimbing dan
tidak memaksa atau menekan dalam bentuk apapun.
Selain itu sikap-sikap kepemimpinan yang harus tumbuh subur dalam
dada seorang muslim adalah satu kesatuan yang kuat antara iman dan amal, antara
cita dan realita, yang kemudian mewujudkan satu ketauladanan ( uswatun hasanah
). Maka dalam proses kepemimpinannya itu, setiap muslim setidaknya harus
mempunyai beberapa kemampuan pokok sebagai penunjang untuk mewujudkan
keinginannya tersebut yaitu :
a.
Mampu fisik dan mental
b.
Mampu untuk merumuskan gagasan
c.
Mampu berkomunkasi
d.
Mampu bernegoisasi
e.
Mampu untuk meyakinkan dan menggerakkan
f.
Mampu mengembangkan sumber daya
g.
Mampu beradaptasi dan mengambil peran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar