Sabtu, 30 Juli 2011

Keagungan Akhlak Rasulullah SAW.


Saudaraku, islam sampai kepada kita saat ini tidak lain berkat jasa Baginda Rasulullah Muhammad SAW sebagai sosok penyampai risalah Allah SWT yang benar dan di ridhoi. Dan nanti di padang mahsyar, tiap umat islam pasti akan meminta syafa’at dari beliau SAW dan menginginkan berada di barisan beliau SAW. Namun, pengakuan tidaklah cukup sekedar pengakuan. Pasti yang mengaku umat beliau SAW akan berusaha mengikuti jejak beliau dengan jalan mengikuti sunnah-sunnah beliau dan senantiasa membasahi bibir ini dengan mendo’akan beliau dengan cara memperbanyak bersholawat kepada beliau SAW.
Sejarah tak akan mampu mengingkari betapa indahnya akhlak dan budi pekerti Rasulullah tercinta, Sayyidina Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam hingga salah seorang istri beliau, Sayyidatina A’isyah Rodhiyallahuanha mengatakan bahwa akhlak Rasulullah adalah “Al-Qur’an”. Tidak satu perkataan Rasulullah merupakan implementasi dari hawa nafsu beliau, melainkan adalah berasal dari wahyu ilahi. Begitu halus dan lembutnya perilaku keseharian beliau. Rasulullah SAW adalah sosok yang mandiri dengan sifat tawadhu’ yang tiada tandingnya.

Minggu, 24 Juli 2011

F@hami Kar@kteR Anda



1.       Kisah
    Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh para profesor di USA, ada 2 ekor monyet yang dimasukkan ke dalam satu ruangan kosong secara bersama-2. Kita sebut saja monyet tersebut Monyet A dan B. Di dalam ruangan tersebut terdapat sebuah tiang, dan di atas tiang tersebut nampak beberapa pisang yang sudah matang. Apa yang akan dilakukan oleh 2 monyet tersebut menurut anda ?
    Setelah membiasakan diri dengan keadaan lingkungan di dalam ruangan tersebut, mereka mulai mencoba meraih pisang-2 tersebut. Monyet A yang mula-2 mencoba mendaki tiang. Begitu monyet A berada di tengah tiang, sang profesor menyemprotkan air kepadanya, sehingga terpeleset dan  jatuh. Monyet A mencoba lagi, dan disemprot, jatuh lagi, demikian berkali-2 sampai akhirnya monyet A menyerah. Giliran berikutnya monyet B yang mencoba, mengalami kejadian serupa, dan akhirnya menyerah pula.
    Berikutnya ke dalam ruangan dimasukkan monyet C. Yang menarik adalah, para profesor tidak akan lagi menyemprot para monyet jika mereka naik. Begitu si monyet C mulai menyentuh tiang, dia langsung ditarik oleh monyet A dan B. Mereka berusaha mencegah, agar monyet C tidak mengalami `kesialan' seperti mereka. Karena dicegah terus dan diberi nasehat tentang bahayanya bila mencoba memanjat keatas, monyet C akhirnya takut juga dan tidak pernah memanjat lagi.

Selasa, 19 Juli 2011

Media/alat Dalam Proses Pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian alat/media pedidikan
Ada beberapa perbedaan pendapat mengenai alat pendidikan dengan media pendidikan. Namun keduanya merupakan satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Zakiah Darajat menyebutkan pengertian alat pendidikan sama dengan media pendidikan sebagai sarana pendidikan. 
Beberapa pengertian tentang media pendidikan:
·         Media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektivitas komunikasai dan interaksi adukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. (Roestiyah Nk, dkk)
·         Media adalah sumber belajar. Secara luas media dapat diartikan sebagai manusia, benda ataupun peristiwa yang membuat kondisi siswa mungkin memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. (Vernon S. Gerlach dan Donald P Ely)
Beberapa pengertian tentang alat pendidikan:
·         Alat pendidikan adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik terhadap anak didik dengan maksud untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pendidik yang menggunakan alat pendidikan tersebut. (Drs. Uyoh Sadulloh)
·         Alat pendidikan merupakan segala usaha atau perbuatan pendidik yang ditunjukan untuk melaksanakan tugas mendidik. (M. Ngalim Purwanto MP.)
Selanjutnya yang dimaksud dengan alat/media pendidikan Islam disini adalah jalan atau cara yang dapat ditempuh untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak didik agar terwujud keperibadian muslim. Alat pendidikan Islam yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencpai tujuan pendidikan Islam, dengan demikian maka alat ini mencangkup apa saja yang sepantasnya digunakan dan mempunyai peranan penting. Sebab alat/media dapat digunakan utuk menuntun atau membumbing anak dalalm masa pertumbuhannya agar kelak menjadi kepribadian muslim yang diridhoi oleh Allah.
Amir Dien Indrakusuma membedakan antara faktor dengan alat pendidikan. Faktor adalah hal atau keadaan yang ikut serta menentukan berhasil tidaknya pendidikan, sedangkan alat adalah langkah-langkah yang diambil demi kelancaran proses pendidikan.
Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar-mengajar yang efektif. Setiap proses belajar dan mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi. Metode dan alat merupakan unsur yang tidak bias dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau teknik untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai kepada tujuan. Dalam pencapaian tujuan tersebut, peranan alat bantu atau alat peraga (media) memegang peranan  penting sebab dengan adanya alat peraga ini bahan dapat dengan mudah dipahami oleh siswa. Alat peraga sering disebut audio visual.
Dalam proses belajar mengajar alat peraga digunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien. Adapun fungsi dan nilai alat peraga yaitu :
a)    Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
b)    Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar.
c)    Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran.
d)    Alat peraga bukan hanya untuk hiburan tetapi digunakan untuk melengkapi proses belajar mengajar.
e)    Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pelajaran.
f)     Untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.

Alat peraga dua dan tiga dimensi
Alat peraga dua dimensi yaitu alat yang mempunyai ukuran panjang dan lebar, sedangkan alat peraga tiga dimensi yaitu yang mempunyai ukuran tinggi. Alat peraga dua dan tiga dimensi itu antara lain adalah :
1.    Bagan adalah gambaran dari sesuatu yang dibuat dari garis dan gambar. Bertujuan untuk memperlihatkan hubungan perkembangan, perbandingan, dll.
2.    Grafik adalah penggambaran data berangka, bertitik, bergaris, bergambar yang memperlihatkan hubungan timbal balik informasi secara statistik.
3.     Poster adalah penggambaran yang ditujukan sebagai pemberitahuan, peringatan maupun penggugah selera yang berisi gambar.
4.    Gambar mati adalah sejumlah gambar, fhoto, lukisan baik dari majalah, buku, Koran yang dapat dijadikan alat bantu.
5.    Peta datar adalah gambaran rata suatu permukaan bumi yang mewujudkan ukuran dan kedudukan yang kecil dilakukan dalam garis, titik dan lambang.
6.    Peta timbul adalah peta yang dibentuk dengan tiga dimensi, dibuat dari tanah liat atau bubur kertas.
7.    Globe adalah alat peraga yang tepat untuk menunjukkan Negara-negara didunia.
8.    Papan tulis.

Alat peraga yang diproyeksi
1.    Film, pengaruh atau guna dalam pendidikan dan pengajaran :
a)    Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa.
b)    Menambah daya ingat pada pelajaran.
c)    Mengembangkan daya fantasi anak didik.
d)    Menumbuhkan minat dan motivasi belajar serta memberikan gambaran yang realistik.
e)    Mengatasi pembatasan dalam jarak waktu dan memperjelas hal-hal yang abstrak.
2.    Slide dan Filmstrip adalah gambar yang diproyeksikan yang dapat dilihat dengan mudah oleh siswa didalam kelas.

Dalam meggunakan alat pendidikan, pendidik harus menyesuaikan dengan tujuan yang terkandung dalam alat pendidikan itu sendiri. Penggunaan dan pelaksanaan alat itu hendaknya betul-betul keluar dari pribadi yang mengguanakan alat pendidikan tersebut ( si pendidik).
Lebih jelasnya lagi dalam memilih alat-alat pendidikan manakah yang baik dan sesuai, haruslah memperhatikan empat syarat berikut:
1.    Tujuan apakah yang hendak dicapai dengan alat itu?
2.    Siapa yang menggunakan alat itu?
3.    Anak yang mana yang dikenai alat itu?, dan
4.    Bagaimana menggunakan alat itu?.

B.   Prinsip-prinsip Penggunaan Alat/Media Pendidikan Islam
Apabila umat Islam mau mempelajari pelaksanaan pendidikan Islam sejak zaman silam sampai sekarang ini, tentunya para pendidik itu telah mempergunakan media pendidikan Islam yang bermacam-macam, walaupun diakui alat/media yang digunakan ada kekurangannya. Oleh karena itu alat/ media pendidikan ini harus searah dengan Al-Qur’an dan as-sunnah, tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur’an dan as-sunnah. Prinsip-prinsip yang dapat dijadikan dasar dalam pengembangan atau penggalian kesejahteraan manusia didunia yaitu :
Sabda Rasul
يَسِّرَا وَلاَ تُعَسِّرَاوَبَشِّرَا وَلا َتنَفِّرَا وَتَطَاوَعَاوَلا َتَخْتَلِفَا

Artinya ;
“ Mudahkanlah, jangan engkau persuli, berilah kabar-kabar yang menggembirakan dan jangan sekali-kali engkau memberikan kabar-kabar yang menyusahkan sehingga merka lari menjauhkan diri darimu, saling ta’atlah kamu dan jangan berselisih yang dapat merenggangkan kamu. (Al-Hadits).
Dari hadits ini dapat diambil kesimpulan bahwa dalam menyelenggarakan kegiatan untuk kesejahteraan hidup manusia termasuk didalamnya penyelenggaraan media pendidikan Islam harus mendasarkan kepada prinsip.
1.      Memudahkan dan tidak mempersulit
2.      Menggembirakan dan tidak menyusahkan
3.      Dalam memutuskan segala sesuatu hendaknya selalau memiliki kesatuan pandangan dan tidak berselisih paham yang dapat membawa pertentangan bahkan pertengkaran.

C.   Fungsi Alat/Media Pendidikan
Abu Bakar Muhammad berpendapat bahwa kegunan alat/media pendidikan itu adalah :
1.    Mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dan memperjelas materi pelajaran yang sulit
2.    Mampu mempermudah pemahaman dan menjadikan pelajaran lebih hidup
( menarik)
3.    Merangsang anak untuk bekerja dan menggerakan naluri kecintaan, melatih belajar dan menimbulkan kemauan keras untuk mempelajari sesuatu.
4.    Membantu pembentukan kebiasaan, melahirkan pendapat memperhatikan dan memikirkan suatu pelajaran
5.    Menimbulkan kekuatan perhatian ( ingatan), mempertajam  indra memperhalus perasaan dan cepat belajar. 

D.   Jenis-jenis alat/media pendidikan
Dalam dunia pendidikan terdapat bermacam-macam alat pendidikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Ahmad D. Marimba membedakan alat pendidikan kedalam tiga kategori. Yaitu:
1.    Alat pendidikan positif dan nagatif
Alat pendidikan positif dimaksudkan sebagai alat yang ditunjukan agar anak mengerjakan sesuatu yang baik. Misalnya, pujian agar anak mengulang pekerjaan yang menurut ukuran baik. Sedangkan alat pendidikan negatif dimaksudkan agar anak tidak mengerjakan sesuatu yang buruk. Misalnya, larangan atau hukuman agar anak tidak mengulangi perbuatan yang menurut ukuran normal buruk.
2.    Alat pendidikan preventif dan korektif
Alat pendidikan preventif merupakan alat untuk mencegah anak mengerjakan sesuatu yang tidak baik. Misalnya peringatan atau larangan.
Alat pendidikan korektif adalah alat untuk memperbaiki kesalahan atau kekeliruan yang telah dilakukan peserta didik. Misalnya hukuman.
3.    Alat pendidikkan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan
Alat pendidikan yang menyenangkan merupakan alat pendidikan yang digunakan agar peserta didik menjadi senang. Misalnya dengan hadiah atau ganjaran.
Alat pendidikan yang tidak menyenangkan dimaksudkan sebagai alat yang dapat membuat peserta didik merasa tidak senang. Misalnya dengan hukuman atau celaan.
Drs. Madyo Ekosusilo membagi alat pendidikan menjadi dua, yaitu:
1.    Alat pendidikan yang bersifat materiil, yaitu alat-alat pengajaran yang berupa benda-benda yang nyata.
2.    Alat pendidikan yang bersifat non materiil, yaitu alat-alat pendidikan yang tidak bersifat kebendaan melainkan segala macam keadaan atau kondisi, tindakan dan perbuatan yang diadakan atau dilakukan dengan sengaja sebagai sarana dalam melaksanakan pendidikan.
Adapun Sutari Imam Barnadib mengemukakan bahwa alat pendidikan ialah tindakan atau perbutan atau situasi atau benda yang dengan sengaja diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
 Alat pendidikan ternyata mencangkup pengertian yang luas. Yang termasuk di dalamnya berupa benda, seperti kelas, perlengkapan belajar dan yang sejenisnya. Alat ini disebut juga dengan alat peraga. Sedangkan yang merupakan alat bukan benda ialah dapat berupa situasi pergaulan bimbingan perintah, ganjaran teguran, anjuran serta tugas ancaman maupun hukuman.
Media pendidikan/alat pendidikan yang bersifat non materi memiliki sifat yang abstrak dan hanya dapat diwujudkan melalui perbuatan dan tingkah laku seorang pendidik terhadap anak didiknya. Diantara media dan sumber belajar yang termasuk kedalam katagori ini yaitu keteladanan, perintah, tingkah laku, ganjaran dan hukuman. 

Yang termasuk alat pendidikan yaitu:
1.    Keteladanan
Pada umumnya manusia memerlukan figure (sosok) identidikasi yang dapat membimbing manusia kearah kebenaran untuk memenuhi keinginan tersebut, untuk itu Allah mengutus Muhammad menjadi tauladan bagi manusia dan wajib diikuti oleh umatnya. Untuk menjadi sosok yang ditauladani, Allah menmerintahkan manusia termasuk pendidik selakau khalifah fial-ardh mengerjakan perintah Allah dan Rasul sebelum mengajarkannya kepada orang yang akan dipimpin.
2.     Pembiasaan
Pembiasaan merupakan alat pendidikan yang penting, terutama bagi anak kecil. Anak kecil belum menyadari apa yang dikatakan baik dan buruk dalam arti susila, ia belum memiliki kewajiban yang harus dikerjakan seperti orang dewasa tetapi meraka sudah memiliki hak seperti hak untuk dipelihara, hak perlindungan, dan hak mendapat pendidikan. Anak belum memiliki ingatan yang kuat, ia cepat melupakan apa yang sudah dan baru terjadi. Perhatian meraka mudah beralih kepada hal-hal yang baru yang disukanya. Pembiasaan merupakan tindakan awal yang dapat dilakukan dalam pendidikan. Anak dapat mentaati peraturan-peraturan dengan jalan membiasakan perbuatan-perbuatan baik, dirumah dalam lingkungan keluarga, dilingkungan sekolah.
Pembiasaan yang baik penting bagi pembentukan watak anak, dan akan berpengaruh bagi perkembangan anak selanjutnya. Menanamkan kebiasaan pada diri anak memang tidak mudah, dan memerlukan waktu lama dan menuntut kesabaran pendidikan. Beberapa kriteria yang harus diperhatikan pendidik dalam menerapkan pembiasaan, seperti berikut (purwanto, 2004) :
a.    Mulai pembiasaan sebelum terlambat, sebelum anak didik mempunyai kebiasaan lain yang berbeda atau berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan.
b.    Pembiasaan hendaknya dilakukan secara terus menerus, dilakukan secara teratur berencana sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis, untuk itu diperlukan pengawasan.
c.    Pendidikan hendaknya konsekuen, bersikap tegas dan teguh dalam pendirian yang telah diambilnya. Jangan memberi kesempatan kepada anak untuk mengingkari kebiasaan yang telah dilakukannya.
d.    Pembiasaan yang pada awalnya mekanistis, harus menjadi kebiasaan yang disertai dengan kesadaran dan kata hati anak itu sendiri.
Jika hal di atas dilaksanakan dengan baik, sedikit demi sedikit anak akan tahu tentang hakikat apa yang dia kerjakan yang nantinya akan menjadi sebuah karakter yang melekat pada diri anak.

3.    Pengawasan
Orang tua, guru dan yang lainnya harus memperhatikan akibat pengaruh dari alat pendidikan yang telah diberikan kepada anak didiknya, sejauh mana akibat dari alat pendidikan itu memberikan dampak terhadap perkembangan kepribadian anak didik. Jadi dalam hal ini perlu adanya pengawasan terhadap hasil dari penggunaan alat pendidikan tersebut, aturan yang berlaku dirumah atau sekolah  harus dilakukan dengan terus menerus dan konsekuen.
Pengawasan harus sesuai dengan taraf usia anak, anak yang masih kecil tentu membutuhkan pengawasan, semakin besar anak pengawasan berkurang yang pada akhirnya kalau anak sudah dewasa maka ia akan mengatasi dirinya sendiri.

4.     Perintah
Alloh SWT memberikan tugas kepada manusia untuk mendidik peserta didiknya agar mampu untuk melakukan “amar ma’ruf nahi munkar”. Amar ma’ruf nahi munkar merupsksn alat / media dalam pendidikan. Perintah adalah suatu keharusan untuk berbuat atau melaksanakan sesuatu.
Suatu perintah akan mudah ditaati oleh peserta didik jika pendidik sendiri menaati peraturan-peraturan, atau apa yang dilakukan sipendidik sudah dimiliki atau menjadi pedoman pula bagi hidup si pendidik.
Perintah dapat merupakan suatu isyarat atau petunjuk yang diberikan seseorang pendidik untuk melakukan sesuatu, atau untuk menaati suatu peraturan tertentu yang berlaku dalam lingkungannya. Misalnya dalam keluarga adanya aturan-aturan tertentu yang diberlakukan oleh orang tua bagi anak-anaknya. Dalam hal ini orang tua memerintahkan kepada anaknya untuk mentaati aturan-aturan tersebut. Suatu peraturan akan ditaati anak, apabila pendidik itu sendiri tindakannya tidak bertentangan dengan apa yang diperintahkannya. Dalam memberikan perintah ini ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan (Ngalim Purwanto, 2004), yaitu :
a.    Perintah hendaknya jelas dan singkat, jangan terlelu banyak komentar, sehingga mudah dimengerti oleh anak.
b.    Perintah hendaknya disesuaikan dengan tingkat usia anak, dan kesanggupannya.
c.    Kadang kita perlu mengubah perintah menjadi suatu perintah yang lebih bersifat permintaan, sehingga tidak terlalu keras kedengerannya.
d.    Jangan terlalu sering dan berlebihan dalam member perintah, karena kemungkinan anak akan bosan dan akhirnya tidak patuh.
e.    Pendidik hendaknya konsekuen terhadap apa yang telah diperintahkan.
f.     Suatu perintah yang sifatnya mengajak dimana si pendidik turut berpartisipasi, pada umumnya akan lebih ditaati oleh anak.

5.    Larangan
Larangan adalah suatu upaya untuk melarang anak tidak boleh melakukan sesuatu. Larangan berlawanan dengan perintah, berkaitan dengan sesuatu yang tidak boleh dilakukan oleh anak, karena kalau dilakukan akan berakibat tidak baik bagi anak dan akan menghambat tercapainya tujuan pendidikan.
Larangan merupakan salah satu alat pendidikan yang sering digunakan oleh para orang tua. Seseorang yang selalu mendapatkan larangan akan mengalami berberapa akibat, misalnya timbulnya kurang percaya diri. Seorang ayah atau ibu yang selalu melarang perbuatan anaknya, dapat mengakibatkan sifat yang kurang baik pada anak itu, seperti:
·         Keras kepala atau melawan,
·         Pemalu dan penakut,
·         Merasa tidak punya harga diri,
·         Kurangnya rasa tanggungjawab,
·         Pemurung atau pesimis,
·         Acuh tak acuh terhadap sesuatu (apatis), dan sebaagainya.
Untuk menjaga supaya tidak terjadi hal di atas, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam melaksanakan larangan sebagai berikut :
a.    Larangan harus diberikan dengan singkat, jelas, dimengerti isi, dan maksud larangan tersebut.
b.    Jangan terlalu sering menggunakan larangan.
c.    Bagi anak yang masih kecil, larangan dapat dialihkan kepada sesuatu yang lain, yang menarik perhatian dan minat anak.

Larangan dikeluarkan apabila si peserta didik melakukan sesuatu yang tidak baik atau membahayakan dirinya.larangan sebenarnya sama dengan perintah. Kalau perintah merupakan suatu keharusan untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat, maka larngan adalah keharusan untuk tidak melakukan sesuatu yang merugikan.

6.     Ganjaran
Maksud ganjaran dalam konteks ini adalah memberikan sesuatu yang menyenangkan( penghargaan) dan dijadikan sebuah hadiah bagi peserta didik yang berprestasi, baik dalam belajar maupun sikap prilaku. Pendidik dalam pendidikan Islam yang tidak memberikan ganjaran kepada peserta didik yang telah memperoleh prestasi sebagai hasila belajar, maka dapat diartikan secara implsit bahwa pendidik belum memanfaatkan alat pengajaran seoptimalnya.
Macam-macam ganjaran
Di bawah ini ada beberapa sikap atau perilaku pendidik yang merupakan ganjaran:
1.    Guru mengangguk-angguk tanda senang dan membenarkan suatu jawaban yang diberikan oleh seorang anak
2.    Dengan memberikan kata-kata pujian,
3.    Ganjaran yang ditunjukan kepada kepada seluruh anggota kelas.
4.    Pekerjaan dapat pula berarti ganjaran. Misalnya memilihkan soal yang lebih sulit, karena sudah dianggap menguasai materi yang di bawahnya.
5.    Ganjaran dapat pula dengan memberikan barang-barang berguna.
Syarat-syarat memberikan ganjaran, yaitu:
1.    Seorang guru hendaknya mengetahui karakter anak yang akan diberikan ganjaran, dan megetahui karakter anak secara keseluruhan, supaya saat menberikan ganjaran tidak adanya kecemburuan pada diri anak.
2.    Ganjaran hendaknya tidak menimbulkan kecemburuan,
3.    Memberikan ganjaran secara hemat,
4.    Tidak meberikan ganjaran dengan cara menjanjikan terlebih dahulu,
5.     Pendidik haruslah berhati-hati supaya si penerima ganjaran malah merasa mendapatkan upah.

7.    Hukuman
Selain ganjaran, hukuman juga merupakan alat / media pendidkan. Dalam Islam hukuman disebut dengan iqab. Abdurahman an-nahkawi menyebutkan bahwa tahrib yang berarti ancaman atau intimidasi melalui hukuman karena melakukan sesuatu yang dilarang.
Menghukum menurut Langeveld (1980) adalah suatu perbuatan yang dengan sadar, sengaja menyebabkan penderitaan bagi seseorang biasanya yang lebih lemah, dan dipercayakan kepada pendidik untuk dibimbing dan dilindungi, dan hukuman tersebut diberikan dengan maksud anak benar-benar merasakan penderitaan tersebut. Hukuman diberikan karena anak berbuat kesalahan, anak melanggar suatu aturan yang berlaku, sehingga dengan diberikannya hukuman anak tidak akan mengulangi kesalahan tersebut dan hukuman diberikan sebagai suatu pembinaan bagi anak untuk manjadi pribadi susila.
Hukuman memang akan menimbulkan penderitaan bagi anak didik, karena itu hukuman harus didasari oleh motif positif, yaitu untuk memperbaiki pribadi anak. Apabila tidak dilandasi motif positif untuk memperbaiki pribadi anak, hukuman akan mengakibatkan kerugian pedagogis yang besar. Hukuman akan berhasil apabila dalam diri anak timbul penyesalan terhadap kesalahan yang telah dilakukannya dan ia tidak akan mengulangi perbuatan tersebut.
Dalam melaksanakan hukuman ada beberapa teori yang mendasarinya yaitu :
a.    Teori Pembalasan ( Balas Dendam)
Hukuman diberikan sebagai balas dendam terhadap anak, misalnya karena anak telah mengecewakan si pendidik.
b.    Teori Ganti Rugi
Hukuman diberikan kepada anak, karena ada kerugian yang ditimbulkan oleh pembuatannya, misalnya anak bermain-main di dalam kelas sehingga pas bunga yang berada dimeja guru jatuh dan pecah. Guru memberikan hukuman dengan mengharuskan anak tersebut mengganti pas bunga yang jatuh dengan menyerahkan uang seharga pas bunga tersebut.
c.    Teori Perbaikan
Hukuman diberikan agar anak dapat memperbaiki dan tidak mengulangi kesalahannya. Alat pendidikan yang dapat digunakan misalnya, dengan memberi teguran, nasihat dan memberikan pengertian sehingga anak sadar akan kesalahannya dan tidak akan mengulanginya.
d.    Teori Menakut nakuti
Teori ini diberikan agar anak didik merasa takut untuk mengulangi perbuatannya, kesalahannya, sehingga ia tidak akan melakukan perbuatan tersebut dan akan meninggalkannya. Cara menakut nakuti bisa dengan ancaman.
e.    Teori Menjerakan
Teori ini dilakukan dengan tujuan agar anak setelah menjalani hukuman merasa jera terhadap hukuman yang ditimpa kepadanya,sehingga ia tidak akan melakukan kembali perbuatannya atau mengulangi kesalahan yang sama yang telah dilakukannya.

Selain dari alat pendidikan yang telah disebutkan di atas, ada beberapa alat pendidikan yang bersifat kebendaan. Misanya gambar, perekam suara, papan tulis, film, dan sebagainya yang semuanya itu memerlukan pengawasan dan mempertimbangkan terhadap baik dan buruk, sejalan atau tidak dengan tujuan pendidikan islam.

E.   Pengaruh alat dalam pendidikan islam
Dalam pendidikan Islam, alat /media jelas diperlukan. Sebab,alat/media pengajaran mempunyai peran yang besar dan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Terdapat pendapat beberapa para ahli pendidikan mengenai manfaat atau kegunaan dari alat/media dalam pendidikan. Yusuf Hadi Miraso dkk, umpamanya menyatakan bahwa alat/media berupa benda dalam pendidikan memiliki nilai-nilai praktis edukatif yang meliputi :
1.     membuat konsep abstrak menjadi konkret
2.     membawa objek yang sukar didapat dalam lingkunagan belajar siswa
3.     menampilakan objek yang terlalu besar
4.     menampilkan objek yang diamati dengan mata telanjang
5.     mengamati gerakan yangterlalu cepat
6.     memungkunkan keseragaman pengamtan dan presepsi bagi pengalaman belajar siswa
7.     membangkitkan motivasi belajar
8.     menyajikan informasi belajar yang konsisten dan dapat diulangmaupun disimpan.

Sedangkan alat berupa non-benda, karena sifatnya abstrak maka ia berperan dalam pemahaman nilai dan penilaian akhlak.
Dari uraian pendapat diatas, peranan media sangat penting dalam proses pembelajaran. Begitu pentingnya alat/media dalam pendidikan, maka sudah tentu didalam pendidikan Islam perlu dilengkapi dengan alat/media dan tidak diterangkan saja secara verbal.
Contoh lain yang bias diambil adalah pemberian materi tentang pelaksanaan haji. Pelajaran ini akan lebih dapat dipahami jika disajiakan dalam bentuk demonstrasi,melalui video/film, selain itu pelajaran membaca al-quran akan lebih mantap dengan dibantu tape recorder yang merekam suara seseorang yang fasih dalam membaca al-Quran. Begitu juga dengan pelajaran-pelajaran yang lainnya.