Minggu, 05 Agustus 2012

Studi tentang kepemimpinan dan manajemen pengembangan lembaga pendidikan islam



BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Budaya Organisasi

Keberadaan budaya didalam organisasi tidak bisa dilihat oleh mata, tapi bisa dirasakan keberadannya melalui perilaku anggota karyawan di organisasi itu sendiri. Kebudayaan tersebut memberikan pola, cara-cara berfikir, merasa menanggapi dan menuntun para anggota dalam organisasi.
Menurut Edward B. Taylor budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hokum, adat istiadat, serta kemampuan-kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh menusia sebagai anggota masyarakat.
Sedangkan organisasi adalah suatu wadah atau setiap bentuk perserikatan kerjasama manusia ( didalamnya ) ada struktur organisasi, pembagian tuga, hak dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama.
Untuk mengetahui pengertian budaya organisasi, terdapat beberapa definisi yang diungkapkan oleh para ahli diantaranya :
1.      Stephen P. Robbins
Budaya organisasi adalah suatu presepsi bersama yang dianut oleh anggota organisasi tersebut, suatu system dari makna bersama.
2.      F.E.Kast dan J.E.Rosenzweig
Budaya organisasi adalah seperangkat nilai, kepercayaan, dan pemahaman yang penting dan sama-sama dimiliki oleh para anggotanya. Budaya organisasi menyatakan nilai-nilai atau ide-ide kepercayaan  bahwa yang sama-sama dianut oleh para anggota itu seperti terwujud dalam alat-alat simbolis seperti mitos, upacara,cerita, legenda dan bahasa khusus.
Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi adalah system nilai, norma, atau aturan, falsafah, kepercayaan dan sikap yang dianut bersama para anggota yang berpengaruh terhadap pola kerja serta pola manajemen organisasi.


B.      Terbentuknya Budaya Organisasi
Budaya organisasi tidak muncul begitu saja, akan tetapi jika sudah muncul maka budaya tersebut sukar untuk dipadamkan, artinya akan melekat dalam perilaku organisasi tersebut. Kebiasaan, tradisi, dan cara-cara umum yang dilakukan sebelumnya dan tingkat keberhasilan yang diperoleh dengan usaha keras tersebut, ini membimbing kita ke sumber paling akhir dari budaya suatu organisasi.
Telah kita ketahui bahwa budaya organisasi menyangkut masalah nilai yang dipahami dan dianut bersama dalam suatu organisasi. Nilai-nilai tersebut bisa terbentuk melalui beberapa cara antara lain :
  1. pimpinan ( kepemimpinan )
Seorang pemimpin dengan gaya dan perilakunya bisa menciptakan nilai-nilai, aturan-aturan kerja yang dipahami dan disepakati bersama serta mampu mempengaruhi atau mengatur perilaku individu-individu di dalamnya, sehingga nilai-nilai tersebut menjadi sebuah perilaku anutan bersama, yaitu yang disebut dengan budaya organisasi.
  1.  pendiri / pemilik
Seorang pendiri atau pemilik organisasi tentunya juga mempunyai misi dan tujuan dalam mendirikan organisasi, dengan membuat aturan-aturan yang ditujukan dengan perilaku sehari-hari saat mengelola organisasi yang didirikannya, dimana aturan dan perilaku tersebut akhirnya menjadi suatu nilai yang dianut bersama secara kuat dan mengikat setiap individu yang ada dalam organisasi. Nilai-nilai yang dibentuk dan dikehendaki oleh pendiri tersebut biasanya diikuti oleh para pengelola pada generasi berikutnya.  
  1. interaksi antar individu dalam organisasi. 
Budaya organisasi juga terbentuk karena didalam organisasi terjadi interaksi ( pergaulan ) antar individu ( anggota yang mempunyai latar belakang berbeda). Dalam interaksinya terjadi saling memahami, mempelajari bahkan mempengaruhi perilaku yang dibawa dari budaya masyarakat mereka berasal.
  1. Budaya Organisasi dalam Lembaga Pendidikan Islam
Kinerja dalam suatu kelembagaan, posisi pimpinan memegang peranan yang sangat penting. Hal ini tidak terkecuali dalam Lembaga Pendidikan Islam, baik madrasah maupun pesantren. Kepala madrasah atau kepala sekolah sebagai pimpinan pendidikan, dilihat dari status dan cara penganngkatannnya tergolong pemimpin murni; formal leader atau status leader. Kedudukannya sebagai status leader dapat meningkat menjadi functional leader atau operational leader, tergantung pada prestasi dan kemampuan didalam memainkan peranan sebagai pemimpin pendidikan pada sekolah yang dipimpinnya.
Sebagai pemimpin lembaga pendidikan islam, hendaknya ia mengembangkan sekolah pusat kebudayaan dan ketahanan sekolah. Karena sekolah islam saat ini harus ikut berkiprah dalam pembangunan bangsa dan Negara. Lebih dari itu sekolah islam harus menjawab tantangan tentang adanya kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, politik, social, budaya, dan keamanan masyarakat sekitarnya.
Marjin sjam menyatakan bahwa kepemimpinan adalah keseluruhan tindakan guna mempengaruhi serta menggiatkan orang dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan.
Penampilan sekolah islam harus berperan kreatif dan aktif untuk mengembangkan kebudayaan yang menjadi teladan bagi masyarakat sekitarnya. Karena itu kepala sekolah islam harus dapat menciptakan suasana yang islami, aman, tentram, damai, dan sejahtera agar semua program dapat berjalan dengan lancer.
Kepemimpinan pendidikan islam, disamping menjelaskan dimana kepemimpinan dan prosesnya berada dan berperan, hendaknya mempunyai sifta-sifat atau ciri khusus kepemimpinan islam yang bersifat mendidik, membimbing dan tidak memaksa atau menekan dalam bentuk apapun.
Selain itu sikap-sikap kepemimpinan yang harus tumbuh subur dalam dada seorang muslim adalah satu kesatuan yang kuat antara iman dan amal, antara cita dan realita, yang kemudian mewujudkan satu ketauladanan ( uswatun hasanah ). Maka dalam proses kepemimpinannya itu, setiap muslim setidaknya harus mempunyai beberapa kemampuan pokok sebagai penunjang untuk mewujudkan keinginannya tersebut yaitu :
a.      Mampu fisik dan mental
b.      Mampu untuk merumuskan gagasan
c.       Mampu berkomunkasi
d.      Mampu bernegoisasi
e.      Mampu untuk meyakinkan dan menggerakkan
f.        Mampu mengembangkan sumber daya
g.      Mampu beradaptasi dan mengambil peran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar