BAB I
PENDAHULUAN
A. Later belakang
Negara indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan penduduknya. Akan tetapi masih banyak orang yang tergolong miskin karena belum memiliki pekerjaan tetap. Salah satu penyebabnya yaitu kurangnya pengetahuan dan kurangnya perhatian orang tua terhadap kemampuan yang dimiliki oleh anaknya, disamping sedikitnya lapangan pekerjaan. Kemampuan yang menonjol pada diri seseorang disebut dengan bakat.
Pada umumnya tidak ada orang yang bodoh, hanya saja setiap orang memiliki kemempuan yang beragam. Bahkan orang yang baik itu bukanlah orang yang segala bisa, tapi orang yang ahli dalam satu bidang tertentu.
Pada kesempatan ini, akan saya paparkan mengenai bakat dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
B. Rumusan masalah
Bedasarkan literatur yang saya baca, ada beberapa hal yang akan saya bahas yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan bakat?
2. Hal-hal yang mempengaruhi bakat
3. Bagaimana cara mengenali bakat?
4. Kecerdasan sebagai bakat
5. Bagaimana perkembangan fisik, kognitif, emosi, dan sosial anak berbakat?
6. Apa saja hal-hal yang mempengaruhi bakat?
7. Bagaimana mengembangkan bakat
8. Lingkungan anak berbakat
C. Tujuan
Dari tujuan yang hendak diapai:
1. Untuk memahami tentang bakat dan hal-hal yang berkaitan dengannya,
2. Untuk memenuhi tugas makalah pada mata pelajaran Psikologi Umum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian bakat
- Pengertian
Setiap orang dilahirkan dengan berbagai bakat yang berbeda-beda. Secara umum bakat adalah kemampuan yang menonjol yang ada dalam diri seseorang, dibawa sejak lahir dan terkait dengan struktur otak. Kamus Advance, misalnya, mengartikan talent dengan “natural power to do something well.” Dalam kamus Marriam-Webster’s, dikatakan “natural endowments of person.” Dalam percakapan sehari-hari kita sering mengatakan si anu berbakat di nyanyi, di bisnis, di IT dan seterusnya.
baca selengkapnya... Secara genetis memang struktur otak telah terbentuk sejak lahir, tetapi berfungsinya otak itu sangat ditentukan oleh caranya lingkungan berinteraksi dengan anak manusia itu. Biasanya kemampuan itu dikaitkan dengan intelegensi. Kemampuan intelektual merupakan ekspresi dari apa yang disebut dengan intelegensi dan kepada kemampuan intelektual ini juga kita bersandar dalam menguasai dan melakukan perubahan kebudayaan serta pembaruan teknologi di dalam masyarakat.
Guilford berpendapat bahwa bakat itu mencakup tiga dimensi pokok, yaitu:
1. Dimensi perceptual
Dimensi perceptual meliputi kemampuan dalam mengadakan persepsi, dan ini meliputi faktor-faktor antara lain:
- Kepekaan indera,
- Perhatian,
- Orientasi ruang,
- Orientasi waktu,
- Luasnya daerah persepsi, dan
- Kecepatan persepsi, dan sebagainya.
2. Dimensi psikomotor
Dimensi psikomotor mencakup enam faktor, yaitu:
- Faktor kekuatan,
- Faktor implus,
- Faktor kecepatan gerak,
- Faktor ketelitian/ketepatan, yang terdiri atas dua macam, yaitu faktor kecepatan statis yang menitik beratkan pada posisi dan faktor ketepatan dinamis, yang menitik beratkan pada gerakan.
- Faktor koordinasi, dan
- Faktor keluwesan
3. Dimensi intelektual
a. Faktor ingatan, yang mencakup:
- Faktor ingatan yang mengenai subtansi,
- Faktor ingatan yang mengenai relasi,
- Faktor ingatan yang mengenai syistem.
b. Faktor pengenalan, yang mencakup:
- Pengenalan terhadap keseluruhan informasi,
- Pengenalan terhadap golongan (kelas),
- Pengenalan terhadap hubungan-hubungan,
- Pengenalan terhadap bentuk atau struktur,
- Pengenalan terhadap kesimpulan.
c. Faktor evaluatif, yang mencakup:
- Evaluasi mengenai identitas,
- Evaluasi mengenai relasi-relasi,
- Evaluasi terhadap system.
d. Faktor berfikir konvergen yang meliputi:
- Faktor yang menghasilkan nama-nama,
- Faktor yang menghasilkan hubungan-hubungan,
- Faktor untuk menghasilkan sistem-sistem,
- Faktor untuk menghasilkan transformasi,
- Faktor untuk menghasilkan implikasi-implikasi yang unik
e. Faktor berfikir divergen yang meliputi:
- Faktor untuk menghasilkan unit-unit, seperi word fluency, ideational fluency,
- Faktor untuk pengalihan kelas-kelas secara spontan,
- Faktor kelancaran dalam melaksanakan hubungan-hubungan,
- Faktor untuk menghasilkan sistem, seperti : ekspressional fluence.
- Faktor untuk transformasi divergen,
- Faktor untuk menyusun bagian-bagian menjadi besar atau kerangka.
Bakat sering dikaitkan dengan orang yang memiliki kemampuan tertentu. Di mana kemampuan yang demiliki merupakan kemampuan yang paling unggul dibandingkan dengan kemampuan lainnya, sehingga kita sering mendengar si A berbakat dalam bidang suara. Artinya orang tersebut memilki kemampuan yang lebih dalam mengolah suara (vokal).
Kaitannya dengan bakat, kemampuan pun merupakan unsur penting dalam pengembangan bakat. kemampuan seseorang harus diserasikan dengan pengalamannya dalam belajar. Apabila seorang anak sudah serasi antara kemampuan dan pengalaman belajarnya, maka ia akan mencapai peningkatan kemampuan intelektua yang secara subtansian sanga bermakna.
Dalam kaitanya dengan keberbakatan, pemerintah memiliki perhatian penuh terhadap keberbakatan yang tertuang dalam UU, yaitu:
- Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus (pasal 5, ayat 4)
- Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya ( pasal 12, ayat 1b)
B. Hal-hal yang mempengaruhi bakat
Ada beberapa hal yang mempengaruhi terhadap bakat, yaitu:
- Pengaruh unsur genetik, khususnya yang berkaitan dengan fungsi otak bila dominan otak sebelah kiri , bakatnya sangat berhubungan dengan masalah verbal, intelektual, teratur, dan logis dan bila dominan dengan otak kanan berhubungan dengan masalah spasial, non verbal, estetik, artistik serta atletis
- Latihan. Bakat adalah sesuatu yang sudah dimiliki secara alamiah, yang mutlak memerlukan latihan untuk membangkitkan dan mengembangkannya.
- Struktur tubuh mempengaruhi bakat seseorang. Seorang yang bertubuh atletis akan memudahkannya menggeluti bidang olah raga atletik.
- Unsur budaya dan agama.
C. Cara menganali bakat
Dahulu keberbakatan hanya diukur hanya dengan satu pandangan atau yang disebut dengan pandangan berdimensi tunggal. Artinya seorang anak hanya diukur dengan IQ saja. Apabila IQ-nya tinggi maka anak tersebut memiliki bakat. Sedangkan di masa sekarang IQ bukan satu-satunya alat ukur untuk anak berbakat, tetapi dilihat dari sudut pandang berdimensi ganda. Artinya, keberbakatan tidak hanya ditinjau dari segi kecerdasan, tetapi dilihat dari prestasi, kreativitas, dan karakter pribadi sosial lainnya; kemampuan yang bersifat potensial maupun aktual (prestasi).
Dengan mengggunakan sudut pandang berdimensi ganda, keberbakatan menunjuk kepada anak yang menunjukan kemampuan unjuk-kerja yang inggi di dalam aspek intelektual, kreativitas, seni, kepemipinan, atau bidang akademik tertentu
Renzuli (1976) merumuskan konsep pemikiran bahwa keberbakatan itu terbentuk dari hasil interaksi tiga kluster aspek penting, yaitu: kecakapan di atas rata-rata, komitmen tugas yang tinggi, dan kreativitas.
Pemikiran ini memadukan semua dimensi keberbakatan, yaitu: intelektual, prestasi akademik, kreativitas dan bakat, serta aspek sosial.
Untuk memahami bakat apa yang dimiliki oleh kita atau anak didik kita, Little Geniuses, yang pernah diterbitkan majalah Parenting (1989), ia menjelaskan, bakat manusia bisa muncul dalam berbagai bentuk. Perhatikan daftar kemampuan (ability) di bawah ini lalu deteksi mana yang paling kuat di dalam diri Anda:
1. Acting Ability (akting / gerakan)
2. Adventuresomeness (kepetualangan)
3. Aesthetic perceptiveness (estitika)
4. Artistic Talent (artistik)
5. Athletic prowess (ke-atlit-an)
6. Common sense (pengetahuan umum)
7. Compassion (peduli orang lain, mudah tersentuh)
8. Courage (keberanian)
9. Creativity (kreativitas)
10. Emotional maturity (kematangan emosi)
11. Excellent memory (kehebatan menyimpan data / menghafal)
12. Imagination (imajinasi)
13. Inquiring mind (keingintahuan)
14. Intuition (intuisi)
15. Inventiveness (daya cipta, penemuan)
16. Knowledge of a given subject (Pengetahuan spesifik)
17. Leadership abilities (kepemimpinan)
18. Literary aptitude (bakat kesastraan)
19. Logical-reasoning ability (kemampuan berlogika)
20. Manual dexterity (ketangkasan manual / ketrampilan tangan)
21. Mathematical ability (kemampuan matematis)
22. Mechanical know-how (penguasaan mekanis)
23. Moral character (karakter moral)
24. Musicality (permusikan)
25. Passionate interest in a specific topic (kegairahan mengikuti / mendalami topik tertentu)
26. Patience (kesabaran)
27. Persistence (ketangguhan)
28. Physical coordination (kerapian fisik)
29. Political astuteness (kelihaian berpolitik)
30. Problem-solving capacity (kemampuan menghadapi masalah)
31. Reflectiveness (kemampuan merefleksikan)
32. Resourcefulness (kepandaian mengatasi masalah)
33. Self-discipline (disiplin-diri)
34. Sense of humor (naluri melucu)
35. Social savvy (pemahaman sosial)
36. Spiritual sensibility (ketajaman spiritual)
37. Strong will (kemauan keras)
38. Verbal ability (kemampuan mengungkapkan secara verbal)
Kemampuan yang dimiliki manusia yang itu merupakan fitrah insani, tidak mungkin hanya seorang manusia hanya memiliki kemampuan saja. Misalnya sorang dokter spesialis mata, ia pasti memiliki kemampuan yang beragam, hanya saja kemampuan yang menonjol yang ia miliki mengarah kepada satu arah yaitu ahli dalam bidang mata.
Hal yang perlu diingat menurut Stemberg, seorang pakar psikologi dari Yale University mengungkapkan bahwa kemampuan manusia itu bukanlah sebuah kemampuan yang sifatnya sudah baku pada satu bentuk atau titik (not fixed ability), tetapi sebuah kemampuan yang sifatnya terus berkembang (develoving ability). (dikutif dari psikologi umum, ibu nurjanah). Artinya kemampuan seseorang akan terus berkembang sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya.
D. Kecerdasan sebagai bakat
Kecerdasan dapat dilihat sebagai bakat yang memungkinkan seseorang menguasai kemampuan tertentu atas aneka macam ketrampilan. Kecerdasan sebenarnya merupakan kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu.
Akan tetapi, tingkat kecerdasan bukan satu-satunya predikator akurat bagi prestasi akademik seseorang. Kreativitas dan keberbakatan merupakan dua hal yang dapat dibedakan tetapi amat erat kaitannya.
Keberbakatan merupakan sesuatu yang berdimensi ganda dan merupakan hasi interaksi dari seluruh fungsi manusia. sementara kreativitas terbentuk sebagai hasil dari keterpaduan fungsi berfikir, perasaan, pengindraan dan intuisi sebagai suatu totalitas. Jadi dapat dikatakan, keberbakatan akan terwujud dalalm prilaku kreatif. Dengan kata lain kreativitas merupakan ekspresi tertinggi dari keberbakatan.
Setiap manusia normal dapat mengembangkan ketujuh jenis kemampuan kecerdasan sampai kepada tingkat penguasaan tertentu. Pada umumnya terdapat tujuh jenis kecerdasan, antara lain:
§ Kecerdasan Linguistik
§ Kecerdasan Logis-matematis
§ Kecerdasan Spasial
§ Kecerdasan Musikal
§ Kecerdasan Kinestetik-jasmani
§ Kecerdasan Antar pribadi
§ Kecerdasan Intrapribadi
E. Karakteristik anak berbakat
Banyak referensi menyebutkan bahwa di dunia ini ada sekitar 10-15% anak berbakat dalam pengertian memiliki kecerdasan atau kelebihan yang luar biasa jika dibandingkan dengan anak diusianya. Kelebihan-kelebihan mereka bisa tampak dalam satu atau lebih tanda-tanda berikut:
· Kemampuan intelegensi umum yang sangat tinggi, biasanya ditunjukan oleh perolehan tes intelegensi yang sangat tinggi, misalnya IQ diatas 120.
· Bakat istimewa dalam bidang tertentu, misalnya bidang bahasa, matematika, seni, dan lain-lain. Hal ini biasanya ditunjukan dalam bidang prestasi dalam bidang-bidang tersebut.
· Kreativitas yang tinggi berupa berfikir, yaitu kemampuan untuk menentukan ide-ide baru.
· Kemampuan memimpin yang menonjol, yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan harapan kelompok.
· Prestasi-prestasi yang istimewa dalam bidang seni atau bidang lain, misalnya seni musik, drama, tari, lukis, dan lain-lain.
Tanda-tanda umum anak berbakat
· Memiliki kemampuan yang lebih bukan pada usianya, misalnya anak usia 3 tahun tetapi sudang bisa berhitung seperti anak usia 7 atau 8 tahuan.
· Memiliki tahap perkembangan yang tidak serentak, ia bisa hidup dalam berbagai usia perkembangan. Misalnya dilihat dari segi usia dia baru 7 tahun, akan tetapi sudah bisa mengerjakan matematik seperti yang sudah berumur 10 tahun.
· Anak berbakat pada umumnya bukan hanya bisa belajar lebih cepat, tetapi sering menggunakan cara berbeda dari teman seusianya.
· Memiliki kemampuan menerima informasi dalam jumlah yang besar sekaligus, biasanya mereka akan kehausan bila menerima informasi yang sedikit.
· Ketika di kelas terkadang tidak menunjukan prestasi yang menonjol tapi malah menunjukan prilaku yang kurang menyenangkan. Misalnya tulisan yang tidak teratur, tergesa-gesa dalam mengerjakan tugas, dan lain sebagainya.
· Yang menjadi minat terkadang bukan yang diajarkan di kelas.
· Perkembangan kognitif (pemahaman dan fikiran) jauh lebih cepat dari pada perkembangan motoriknya. Demikian juga seringkali ada perbedaan antara perkembangan mkognitif dan perkembangan bahasanya, sehingga dia berbicara agak gagap karena fikirannya lebih cepat dari pada alat-alat bicara pada mulutnya.
Pendapat lain yaitu menurut winner(1996), seorang ahli dalam bidang kreativitas dan berbakat, mendeskrepsikan tiga kriteria anak berbakat:
1. Dewasa lebih dini (precocity). Artinya mereka memulai menguasai sesuatu sebelum waktunya.
2. Belajar menurut kemauan mereka sendiri. Artinya mereka dalam menguasai sesuatu tidak memerlukan dukungan dari pihak lain, tapi dia mampu mempelajarinya secara mandiri.
3. Semangat untuk menguasai. Artinya mereka selalu semangat menguasai hal yang menjadi minatnya.
F. Perkembangan fisik, kognitif, emosi, dan sosial anak berbakat
1. Perkembangan fisik
Masalah yang mungkin terjadi pada anak berbakat kaitannya dengan perkembangan fisik ialah bahwa anak dengan kecakapan intelektual yang tinggi akan sangat mungkin terjadinya kekurang padanan antara mind and body. Karena sensitivitas intelektual yang cukup tinggi, anak berbakat cenderung menunjukan karakteristik (sensasi) fisik fisik.
Anak berbakat selama usia sekolah sangat mungkin mengalami kesenjangan antara perkembangan fisik dan intelektual, dan sekolah secara tak sengaja mungkin menghambat aktivitas fisik mereka. Apabila perkembangan intelektual lebih cepat daripada perkembangan fisik maka anak akan merasa tidak merasa adekuat secara fisik; sementara itu jika tuntutan sensasi fisik kurang menantang secara intelektual akan menjadikan anak berbakat kurang tertarik dan tidak akan memperoleh kepuasan melakukan kompetisi di dalam kelompok sebaya.
2. Perkembangan kognitif
Secara biologis ada perbedaan antara anak berbakat dengan anak normal pada umumnya. Anak berbakat mampu memfungsikan dua belah otak (otak kiri dan otak kanan) sebagai alat fikir dan seluruh fingsi-fungsi lain (rasa, pengindraan, dan ituisi) secara integritas sehingga menunjukan prilaku kreatif.
Bebicara perkembangan kognitif anak berbakat, hoyle dan wilks (S.C.U mundar, 1982) mendeskripsikan ciri-ciri kognitif anak berbakat, yaitu:
1. Memiliki kemampuan berfikir superior, berfikir abstrak, menggeneralisir fakta, memahami makna, dan memahami hubungan.
2. Memiliki hasrat ingin tahu (curiosity) yang luas
3. Bersikap mudah belajar
4. Memiliki rentang minat yang luas (bervariasi)
5. Memiliki rentang perhatian yang luas yang memungkinkan daya berkonsen-trasi bertahan dalam memecahkan masalah dan berhasrat tinggi untuk menylesaikannya.
6. Memiliki kemampuan berbahasa tinggi, baik secara kualitas maupun kuantitas dibandingkan teman sebayanya.
7. Memiliki kecakapan kerja yang efektif dan mandiri.
8. Memiliki kesiapan belajar lebih awal (sebelum usia sekolah).
9. Menunujukan kekuatan pengamatan yang tajam.
10. Menunjukan inisiatif dan originalitas pekerjaan intelektual.
11. Mampu dan siap merespon secara cepat terhadap gagasan baru.
12. Mampu mengigat secara cepat.
13. Memiliki minat luas terhadap masalah manusia dan alam.
14. Memiliki imajinasi yang luar biasa.
15. Mampu mengikuti petunjuk yang sulit secara mudah.
16. Mampu membaca cepat
17. Memiliki berbagai hobi.
18. Memiliki minat baca dalam berbagai ilmu pengetahuan.
19. Sering dan efektif dalam menggunakan perpustakaan.
20. Menunjukan kemampuan tinggi dalam matematika, terutama dalam memecahkan masalah.
Apabila kita mengkaji tehadap karakteristik kognitif anak berbakat, akan tampak bahwa anak berbakat menunjukan: fleksibilitas, kemudahan bergagasan, pemunculan gagasan baru, kecakapan analisis, kecakapan sintesis dan evaluasi.
Akan tetapi dengan kelebihan anak berbakat dalam aspek kognitifnya, tidak selamanya anak berbakat selalu mencadi anak terpandai di kelesanya. Apabila karakteristik tidak tersalurkan sebagaimana mestinya, tidak mustahil muncul masalah-masalah perkembangan; kebosanan terhadap pelajaran reguler, kesulitan berhubungan sosial dengan kelomok seusia, dipandang sombong oleh kawan sebayanya, sulit berkonformitas pada kelompok, frustasi karena ia selalu menjadi “penunggu”, dan masalah-masalah sejenis yang berkaitan dengan perkembangan diri.
3. Perkembangan emosi
Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa anak berbakat memiliki kemampuan kognitif yang sangat tinggi. Akat tetapi karakteristik kognitif yang tinggi belum tentu disertai dengan terjadinya perkembangan emosi yang tinggi pula. Akumulasi informasi yang terjadi pada anak berbakat karena sensitivitas atau kepekaan terhadap dunia sekitar mungkin tidak menumbuhkan kesadaran. Anak berbakat seringkali menunjukkan harapan yang tinggi terhadap dirinya maupun orang lain, dan karena harapan ini tidak desertai dengan kesadaran diri, maka tidak jarang membawa membawa dirinya menjadi frustasi terhadap dirinya, terhadap orang lain, dan terhadap situasi. Dalam kondisi seperti ini maka tampak perkembangan emosi yang tidak setabil dan sulit menyesuiaikan diri.
4. Perkembangan sosial
Dengan melihat perkembangan anak berbakat, anak berbakat cenderung memeiliki perkembangan sosial lebih awal, misalnya mampu memimpin bagi teman sebayanya. Anak berbakat selalu ingin memdapat tantangan sehingga apa bila tidak mendapat tantangan ia akan memendam kemampuannya dan tidak sedikit yang cenderung ke arah frustasi. Dengan melihat kenyataat tersebut, pendidikan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh anak berbakat tersebut.
G. Bagaimana mengembangkan bakat
Mengigat bahwa anak berbakat memiliki kemampuan yang lebih bila dibandingkan dengan anak seusiannya, maka akan sulit jika dia dimasukan kesekolah tradisional, bercampur dengan anak-anak lainnya. Ada dua kemungkinan yang terjadi jika dia dimasukan ke sekolah tersebut:
1. Anak berbakat akan frustasi karena tidak mendapatkan pelayanan yang diutuhkan,
2. Guru dan teman-teman kelasnya akan sangat terganggu oleh prilaku anak berbakat tersebut.
Beberapa kemungkinan pelayanan untuk mengembangkan kemampuan anak berbakat, yaitu:
1. Mengadakan program akselerasi khusus untuk anak-anak berbakat, yaitu dengan cara lompatan kelas. Artinya dari TK langsung ke kelas II, tanpa melalui kelas I.
Perogram akselerasi dapat dilakukan untuk:
a. Seluruh mata pelajaran, atau yang disebut akselerasi kelas
b. Akselerasi untuk beberapa mata pelajaran saja.
2. Home-schooling (pendidikan non formal di luar sekolah).
Hal ini dilakukan terutama jika sekolah merasa keberatan dengan diadakannya akselerasi kelas atau akselerasi mata pelajaran. Dalam home-schooling orang tua atau tenaga ahli yang ditunjuk bisa membuat program khusus yang sesuai dengan bakat istimewa anak yang bersangkutan. Pada suatu ketika jika anak sudah siap kembali kesekolah, ia kembali belajar bersama teman sekelasnya.
3. Menyelenggarakan kelas-kelas tradisional dengan mendekatkan individual.
Artinya jumlah anak setiap kelasnya sangat terbatas, maksimal 20 orang. Masing-masing anak didorong belajar menurut ritmenya masing-masing. Anak yang sudah sangat maju diberi tugas dan materi yang banyak dan lebih mendalam dibandingkan anak yang lainnya; sebaliknya anak yang lambat diberi materi dan tugas yang desesuaikan dengan perkembangannya. Demikian juga seorang guru harus siap dengan berbagai bahan yang mungkin akan dipilih oleh anak untuk dipelajari. Dalam hal ini menjadi sangat sibuk dengan memberikan perhatian individual kepada anak yang berbeda-beda tingkat perkembangan dan ritme belajarnya.
4. Membangun kelas khusus untuk anak berbakat.
Dalam hal ini anak yang memiliki kemampuan yang kurang lebih sama dikumpulkan dan diberi pendidikan khusus yang berbeda dari kelas-kelas tradisional bagi anak-anak seusianya. Kelas seperti ini pun harus merupakan kelas kecil di mana pendekatan individu harus diutamakan daripada pendekatan kelasikal. Kelas khusus bagi anak-anak berbakat harus memiliki kurikulum khusus yang dirancang tersendiri sesuai dengan kebutuhan anak-anak berbakat. Sistem evaluasi dan belajarpun harus dibuat yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
H. Lingkungan anak berbakat
Anak berbakat seringkali lebih suka bergaul dengan anak-anak yang lebih tua dari segu usia, khususnya mereka yang memiliki kemampuan dalam bidang yang diminati. Misalnya saja, ada anak kelas II SD yang sangat suka bermain catur dengan orang dewasa, karena jika ia bermain dengan teman sebaya rasanya kurang berimbang. Dalam hal ini para orang tua dan guru harus memakluminya sebatas tidak merugikan terhadap perkembangan yang lainnya.
Ketika di rumah, hendaknya orang tua mencarikan teman yang cocok sehingga ia tidak merasa kesepian. Jika tidak ada teman yang cocok, tidak jarang orang tua dan keluarganya menjadi teman pergaulan mereka. Umumnya anak berbakat lebih suka bertanya jawab hal-hal yang mendalam dari pada hal-hal kecil dan remeh. Kesanggupan orang tua dan keluarga untuk menemani dalam kesehariannya, akan membantu perkembangan anak berbakat tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar