Selasa, 27 Maret 2012

Perkembangan Perasaan dan Emosi


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar belakang
Emosi dan perasaan merupakan suasana psiskis atau suasana batin yang dihayati seseorang pada suatu saat. Dalam kehidupan sehari-hari keduanya sering diartikan sama, dan untuk keduanya juga sering digunakan istilah yang sama yaitu perasaan. Misalkan seorang siswa A mengatakan “hari ini saya merasa senang karena semua tugas telah saya kerjakan, siswa lain mengatakan “saya sangat takut menempuh ujian lisan ibu A, karena belau tahu bahwa saya sering tidak mengerjakan tugas. Keduanya kita katakan berkenaan denga perasaan, yaitu perasaan senang dan perasaan takut.
Sesungguhnya senang dan takut itu berbeda, sebab senang termasuk perasaan sedang takut adalah emosi. Perasaan menujukan suasana batin yang lebih tenang dan tertutup ibarat riak air atau tiupan angin sepoy-sepoy. Emosi menggambarkapn suasana batin yang lebih dinamis,bergejolak dan terbuka. Perasaan lebih tersembunyi atau tertutup karena tidak banyak melibatkan aspek-aspek fisik, sebaliknya emosi lebih terbuka dan nampak keluar karena banyak menyangkut ekspresi-ekspresi jasmaniah.
B.      Rumusan masalah
Beberapa permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini yaitu:
1.      Pengertian perasaan dan emosi
2.      Macam-macam perasaan, dan manfaat perasaan.
3.      Karakteristik perkembangan emosi, dan faktor-faktor  yang mempengaruhi perkembangan emosi.
4.      Hubungan antara emosi dan tingkah laku serta pengaruh emosi terhadap tingkah laku.










BAB II
PEMBAHASAN
A.     Perkembangan perasaan
1.      Pengertian
Menurut Prof. Hukstra perasaan adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut rasa senang dan tidak senang. Sedangkan definisi lain mengatakan bahwa persaan ialah suatu pernyataan jiwa, yang sedikit banyak bersifat subyektif, untuk merasakan senang atau tidak senang, dan yang tidak bergantung kepada perangsang dan alat-alat indra.
Beberapa bentuk perasaan yaitu senang atau tidak senang (pleasant-unpleasant), suka atau tidak suka (like- dislike), tegang atau lega (straining-relaxing), terangsang atau tidak terangsang (exciting-subduing).
Perasaan memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu: senang dan tidak senang, kuat dan lemah, lama dan tidak lama, relatif, dan tidak berdiri sendiri sebangai pernyataan jiwa.

Lingkungan Pendidikan Masyarakat


BAB II
PEMBAHASAN
A.   Konsep pendidikan masyarakat
Sebelum kita berbicara lebih lanjut, kita harus mengetahui apa itu masyarakat..?. Masyarakat mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antar sesamanya, saling tergantung dan terikat oleh nilai dan norma yang dipetuhi bersama, serta pada umumnya bertempat tinggal di wilayah tertentu, dan ada kalanya mereka memiliki hubungan darah atau memiliki kepentingan bersama.
Dalam proses pendidikan, pendidikan dilangsungkan dalam tiga lingkungan. Dimana ketiga lingkungan tersebut merupakan satu kesatuan dalam pembentukan kepribadian anak didik. Ketiga lingkungan tersebut yaitu : lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Lembaga pendidikan masyarakat merupakan lembaga pendidikan ke tiga sesudah keluarga dan sekolah. Pendidikan ini telah dimulai sejak anak-anak untuk beberapa jam sehari lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar sekolah.
Corak ragam pendidikan yang diterima anak didik dalam masyarakat ini sagat banyak sekali. Diantaranya yaitu meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan, pembentukan pengetahun, sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
Pendidikan dalam pendidikan masyarakat ini boleh dikatakan pendidikan secara tidak langsung, pendidikan yang dilaksanakan secara tidak sadar oleh masyarakat. Dan anak didik sendiri secara sadar atau tidak, ia telah mendidiknya sendiri, mempertebal keimanan serta keyakinan sendiri akan nilai-nilai kesusilaan dan keagamaan di dalam masyarakat.
Berdasarkan undang-undang no 20 tahun 2003 tentang sisitem pendidikan nasional, peristiwa pendidikan yang berlangsung pada lingkungan masyarakat, tergolong pada pendidikan non formal. Lembaga pendidikan non formal atau pendidikan luar sekolah (LPS) ialah semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib, dan berencana, dilaksanakan di luar kegiatan persekolahan.
Sementara Klies Russel (1974) dalam Djuju Sudjana (1989) menyatakan bahwa pendidikan non formal mencakup setiap kegiatan pendidikan yang sistematis dan bertujuan, yang biasanya dilaksanakan diluar sistem persekolahan, di dalamnya memuat komponen isi/materi, satuan waktu, kriteria masuk, staf dan lain-lain, yang dipilih sesuai dengan situasi, kondisi serta potensi yang dimilik warga belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Pendidikan non formal di negara kita seyogyanya mengacu pada pengertian yang ada dalam UU No.20 tahun 2003 tentang pandidikan non formal. Dalam UU No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat (12) bahwa pendidikan non formal ialah: jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Kemudian pasal 26 ayat (4) menegaskan bahwa: suatu pendidikan non formal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majlis ta’lim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Selanjutnya dalam PP No. 73 pasal 1 di tegaskan bahwa: pendidikan non formal ialah pendidikan yang diselenggarakan di luar sisitem persekolahan baik yang dilembagakan ataupun tidak.  
Menurut surat keputusan mentri Dep. Dik bud No. 079/O/1975 tanggal 17 April 1975, bidang-bidang pendidikan non formal meliputi: pendidikan masyarakat, keolahragaan, dan pembinaan generasi muda.
Jadi pada hakikatnya, pendidikan di lingkungan masyarakat merupakan pendidikan lanjutan dari sekolah, dengan kata lain pendidikan di lingkungan masyarakat menekankan/memperkuat dalam aspek pembiasaan, penguatan materi pembelajaran, dan biasanya pendidikan yang ada pada masyarakat lebih mengutamakan praktek dari pada teori.
B.   Tujuan pendidikan masyarakat
Pendidikan pada lingkungan masyarakat memiliki beberapa tujuan. Santoso S.Hamidjojo (1982:18) mengemukakan bahwa pendidikan masyarakat atau pendidikan non formal bertujuan untuk membantu masalah ketelantaran pendidikan, baik mereka yang belum pernah sekolah maupun yang gagal (drop out) serta memberikan bekal sikap, keterampilan, dan pengetahuan praktis yang relevan dengan kebutuhan hidup.

Tokoh-Tokoh Tasawuf Falsafi Dan Ajarannya


BAB II
PEMBAHASAN
A.       Pengertian Tasawuf Falsafi
Tasawuf  falsafi disebut pula dengan tasawuf nazhari, merupakan tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi rasional. Tasawuf falsafi menggunakan terminologi  falsafi dalam pengungkapan ajarannya. Menurut At-Taftazani, tasawuf falsafi mulai muncul dengan jelas dalam khazanah islam sejak abad keenam hijriyah, meskipun para tokohnya baru dikenal seabad kemudian.
Ciri umum tasawuf falsafi menurut At-Taftazani adalah ajarannya yang samara-samar akibat banyaknya istilah khusus yang hanya dapat difahami oleh siapa saja yang memahami ajaran tasawuf jenis ini. Tasawuf falsafi tidak hanya dipandang sebagai filsafat karena ajaran dan metodenya didasarkan pada rasa(dzauq), tetapi tidak dapat pula dikategorikan sebagai tasawuf dalam pengertian yang murni, karena ajarannya sering diungkapkan dalam bahasa filsafat dan lebih berorientasi pada panteisme.
Sedangkan ciri khusus tasawuf falsafi yaitu:
1.      Tasawuf filosofis banya mengonsepsikan pemahaman ajaran-ajarannya dengan menggabungkan antara pemikiran rasional-filosofis dengan perasaan(dzauq). Meskipun demikian, tasawuf jenis ini juga sering mendasarkan pemikirannya dengan mengambil sumber-sumber naqliyah, tetapi dengan interpretasi dan ungkapan yang samar-samar dan sulit dipahami orang lain.
2.      Didasarkan pada latihan-latihan rohaniah (riyadhah), yang maksudkan sebagai peningkatan moral, yakni untuk mencapai kebahagiaan.
3.      Tasawuf filosofis memandang iluminasi sebagai  metode untuk mengetahui berbagai hakikat realitas, yang menurut pelakunya bisa dicapai dengan fana.
4.      Para penganutnya selalu menyamarkan ungkapan-ungkapan tentang hakikat realitas-realitas dengan berbagai simbol atau terminologi
Perlu dicatat, dalam beberapa segi, para sufi-filosof ini melebihi para sufi sunni. Karena mereka adalah para teoritis yang baik tentang wujud, kelihaian mereka dalam menggunakan simbol-simbol, dan kesiapan mereka yang sungguh-sungguh terhadap diri sendiri atau ilmunnya.
B.        Objek Utama
Menurut Ibn khaldun, sebagaimana yang dikutif oleh at-taftazani, dalam karyanya al-muqadimah, menyimpulkan bahwa ada empat objek utama tasawuf falsafi, yaitu:
a.      latihan rohaniyah dengan rasa, intuisi, serta instroprksi diri yang timbul darinya. Mengenai latihan rohaniah dengan tahapan Maqam maupun keadaan (hal), rohani serta rasa(dzauq). Disini tedapat kesamaan dengan tasawuf sunni.
b.      Iluminasi atau hakikat yang tersingkap dari alam gaib, seperti sifat-sifat robbani, ‘arty, kursi, malaikat, wahyu, kenabian, roh, hakikat realitas segala yang wujud, yang gaib, maupun yang tampak, dan susunan kosmos, terutama tentang penciptaannya. Mengenai iluminasi ini para sufi dan juga filosof tersebut melakukan latihan rohaniah dengan mematikan kekuatan syhwat serta menggairahkan roh dengan jalan menggiatkan Dzikir, dengan dzikir menurut mereka, jiwa dapat memahami hakikat realitas-realitas.
c.       Peristiwa-peristiwa dalam alam maupun kosmos yang berpengaruh terhadap berbagai bentuk kekeramatan atau keluarbiasaan.
d.      Penciptaan ungkapan-ungkapan yang pengertiannya sepintas samar-samar (syathahiyyat), yang dalam hal ini telah melahirkan reaksi masyarakat berupa menginkarinya, menyetujui, ataupun menginterpretasikannya dengan interpretasi yang berbeda-beda.

Senin, 26 Maret 2012

Alasan Pemerintah Menaikan Harga BBM dan Dampak yang Ditimbulkannya


Alasan pemerintah menaikan harga BBM biasanya terjadi akibat krisis ekonomi dan politik yang terjadi di negara-negara penghasil minyak, mengakibatkan melambungkan harga Minyak Mentah Indonesia (ICP) kemudian berimbas kepada APBN. Kenaikan harga BBM merupakan upaya yang dilakukan pemerintah untuk menyelamatkan APBN yang banyak dihabiskan oleh subsidi. Naiknya harga minyak dunia memaksa pemerintah untuk melakukan penyesuaian terhadap harga minyak di dalam negeri.

Harga minyak dunia yang melebihi dari APBN  memicu membengkaknya tambahan subsidi yang harus dikeluarkan pemerintah. Kita ambil contoh, ketika harga minyak dunia mencapai harga USD100 dan asumsi harga minyak di APBN pada angka USD80 per barrel untuk nilai tersebut pemerintah harus mengeluarkan tambahan subsidi sebesar 64 Trilliun.

Minggu, 18 Maret 2012

Model Pengembangan Kurikulum Hilda Taba


BAB II
PEMBAHASAN
A.     Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Rancangan ini disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga maupun masyarakat.
 Dalam mengembangkan suatu kurikulum, kita harus memperhatikan beberapa prinsip agar yang dihasilkan dapat sesuai dengan tujuan. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum tersebut adalah sebagai berikut;
1.      Prinsip-prinsip umum
Ada beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum, diantaranya ;
1)      Prinsip Relevansi,
·         Relevansi eksternal, maksudnya ialah tujuan, isi dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat.
·         Relevansi internal yaitu ada kesesuaian atau konsisten antara komponen-komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian, dan penilaian. Relevansi internel ini menunjukan suatu keterpaduan kurikulum.
2)      Fleksibilitas, yaitu kurikulum yang dapat mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang, dan yang akan dating, disini dan ditempat lain, bagi anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda.
3)      Kontinuitas ( kesinambungan )
Pengalaman-pengalaman belajar yang di terdapat dalam kurikulum hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas, dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang lainnya, juga antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan.
4)      Praktis
Kurikulum dilaksanakan dalam keterbatasan-keterbatasan, baik waktu, biaya, alat, maupun personalia sesuai kondisi sekolah . sebagus-bagusnya suatu kurikulum, jika menuntut keahlian-keahlian dan peralatan yang khusus dan mahal pula biayanya, maka kurikulum tersebut tidak praktis dan sukar dilaksanakan.
5)      Efektivitas, meskipun suatu kurikulum harus sederhana dan murah , namun dalam keberhasilannya tetap harus diperhatikan baik secara kualitas maupun kuantitas.